DEFIBRILATOR



Defibrillator adalah alat yang di gunakan untuk defibrillasi. Defibrillasi sendiri adalah pengobatan untuk pasien yang memiliki jantung yang lemah, biasanya jantung tersebut melemah akibat suatu penyakit, ataupun usia. Defibrillator akan berkerja dengan cara menghantarkan arus listrik dengan kadar dosis tertentu untuk mengembalikan irama detak jantung ke irama yang normal.
Defibrillator bekerja dengan cara mengirim aliran listrik atau sengatan listrik ke tubuh dengan dosis tertentu yang bertujuan untuk myebabkan depolarisasi otot jantung sehingga menyebabkan melemasnya otot dan memproduksi kelistrikan jantung agar jantung kembali berdetak
Defibrillator memiliki 3 tipe gelombang yaitu :
·         Biphasic
Gelombang Bhipasic adalah tipe gelombang defibrillator yang menggunakan dua arus kelistrikan ,yaitu pada saat kejutan pertama gelombang akan bergerak dari satu denyutan ke denyutan lain , kemudian pada tahapan kedua , arus listrik tersebut akan barbalik arah , glombang bhipasic ini adalah gelombang yang paling efisien dan efektif untuk menyelamatkan nyawa seseorang.

·         Monophasic
Gelombang Monophasic adalah tipe gelombang defibrillator yang menggunakan satu arus kelistrikan yaitu hanya mengirimkan satu arus kejutan dengan dosis tertentu, biasanya sebesar 360 Joule, monophasic ini sudah jarang di gunakan di karenakan memiliki resiko kerusakan pada jantung yang besar.

·         AED Defibrillator
AED atau Autometic External Defibrillator adalah defibrillator yang berukuran kecil  biasanya defibrillator ini berukuran 30 cm sampai 50 cm untuk tinggi dan lebar 20 – 30 cm serta 10cm untuk ketebalanya, defibrillator ini biasa di temukan di tempat keramaian, tempat penjaga pantai atau bahkan tim penyelamat.
Untuk AED sendiri dapat digunakan untuk lebih dari 5 tahun pemakaian, AED lebih mudah di gunakan karena memiliki perintah berupa suara atau bahkan untuk tipe tertentu AED tersebut memiliki perintah visual berupa gambar pada monitor,  karena tidak membutuhkan sumber listrik, AED kerap di gunakan untuk penyelamatan baik bencana alam ataupun dalam keadaan perang, tetapi AED ini memiliki kekurangan, yaitu disposable electroda pad , yaitu electrode pad yang hanya bisa di lakukan untuk satu kali penyelamatan.
AED ini di gunakan untuk menyelamatkan nyawa seseorang yang terkena serangan jantung ataupun kondisi kritis lainnya, aed berfungsi dengan cara memberi kan kejutan listrik dengan dosis tertentu yang di tunjukan kepada jantung si pasien tersebut ,ketika elektroda di pasang pada bagian dada kanan secara vertical dan bagian dada kiri secara horizontal, elektroda pad akan memeriksa seberapa dosis listrik yang di butuhkan oleh pasien, ketika sudah terdeteksi AED akan memberikan perintah untuk menekan tombol shock dan menyarankan agar pasien tidak disentuh oleh siapapun, ketika AED memberikan kejutan listrik maka jantung akan segera menerima kejutan tersebut dan jantung akan kembali mendapatkan kesempatan untuk berdegub.

Prinsip dan Cara Kerja Defibrilator
Defibrilator memiliki prinsip kerja di mana arus listrik masuk pada rangkaian catu daya dan kemudian dengan dioda arus tersebut disearahkan. Dengan menekan tombol charge, otomatis kapasitor bakal terisi dan sesudah diketahui bahwa kapasitor telah penuh, tekan tombol shock supaya muatan listrik yang ada di kapasitor bisa dilepaskan ke pasien lewat media paddle apex dan paddle sternum.
Untuk cara kerjanya, di bawah ini adalah langkah-langkahnya:
1.  Bagian dada pasien perlu ditampakkan dan oleh karena itu pakaian perlu dibuka, lalu dada pasien yang kemungkinan lembab dapat dilap lebih dulu.
2. Gel kemudian bisa dioleskan ke terapi electrode paddle apex dan sternum; untuk cara pemasangannya, bisa dilihat pada panduan bergambar agar tidak terjadi kesalahan.
3.     Putar knob rotary karena mode perlu diubah menjadi manual defib.
4. Barulah setelah itu pilih energi dan tentukan tingkat energi yang diinginkan dengan menyesuaikan tombol.
5.    Ada tombol charge di sana, tepatnya pada panel depan, dan tombol ini dapat ditekan. Tombol charge pada paddle bisa ditekan apabila memang memakai paddle eksternal dan tombol tersebut bisa digunakan sebagai pengganti. Nantinya kemudian ada progres bar yang tampil pada wilayah informasi defibrasi.
6.    Tombol shock bisa ditekan ketika charge sudah diketahui penuhagar terapi kejut bisa diberikan kepada pasien lewat media paddle apex dan media paddle sternum.

Fungsi dan Peralatan Defibrilator
Fungsi utama dari defibrilator adalah sebagai pemberi energi dengan bentuk kejut listrik. Tujuan dari defibrilator ini adalah untuk membuat aktivitas jantung yang tadinya sempat terganggu menjadi kembali aktif. Pada waktu jantung pasien mengalami yang namanya fibrilasi, defirbrilator bisa menjadi alat bantu bagi resistansi jantung.
Untuk peralatan yang digunakan dalam prosedur pemakaian defibrilator ini, ada beberapa yang biasa dipakai, yakni:
·         DC shock dan electrode alias pedal.
·         Oksigen
·         Defibrilator yang memiliki modus sinkron.
·         Elektrolit jelly.
·         Elektrode EKG.
·         Jenis obat analgesik atau obat darurat (emergency)
·         Papan resusitasi.
Pemeliharaan Defibrilator
Tentu saja alat medis sekalipun perlu dipelihara dengan baik supaya tetap bekerja dengan baik. Pemeliharaan yang baik adalah sebuah cara agar membuat fungsi alat tetap terjaga. Untuk langkah-langkah pemeliharaan, berikut di bawah ini adalah sejumlah cara yang kiranya bisa diperhatikan:
  1. Bersihkan alat dari kotoran maupun debu, tapi sebaiknya tidaklah membersihkan menggunakan air.
  2. Penyimpanan perlu dilakukan di tempat yang kering.
  3. Ketika sudah selesai dalam menggunakan, baterai harus selalu diisi kembali karena kalau tidak demikian maka akan mempercepat kerusakan dari alat defibrilator tersebut.
  4. Rutin mengecek baterai, paling tidak setahun sekali karena ada kemungkinan ketika dicek baterai sudah tak layak pakai.
  5. Pastikan untuk melakukan pembersihan relay di mana waktu yang paling tepat adalah tiap 6 bulan sekali.
  6. Setelah penggunaan, paddle pun diharapkan dalam kondisi yang bersih dari bekas gel yang juga sehabis dipakai.
Perbedaan Defibrilasi dan Kardioversi
Bila defibrilasi adalah metode atau tindakan medis untuk mengobati pasien yang bermasalah dengan jantung menggunakan aliran listrik, bukankah kardioversi adalah hal yang sama? Mungkin ada beberapa orang yang memerlukan informasi perbedaan keduanya.
·     Defibrilasi
Untuk lebih tepatnya, defibrilasi merupakan metode pengobatan melalui aliran listrik secara singkat dan dilakukan secara asinkron. Indikasi semacam VT polymorphyc yang diketahui tak stabil, VT tanda nadi, dan VF adalah indikasi dari kebutuhan pasien akan bantuan defibrilasi.
Ada beberapa alasan mengapa defibrilasi dibutuhkan seawal mungkin bagi pasien, yaitu:
1.    Ketika defibrilasi seharusnya didapatkan di awal tapi terlambat, maka kemungkinan keberhasilan pun menjadi berkurang.
2.    Defibrilasi menjadi salah satu pengobatan paling efektif, terutama dalam menangani masalah ventrikel fibrilasi.
3.  Hanya dalam hitungan menit, ada kecenderungan ventrikel fibrilasi bisa berubah menjadi asistol.
4.    VF atau ventrikel fibrilasi adalah irama yang umumnya didapat di permulaan henti jantung.

Selain dari defibrilator, jeli diketahui adalah alat yang banyak digunakan untuk masalah ini. Penggunaan jeli ini pada umumnya adalah untuk membuat tahanan dada berkurang dan membantu agar aliran listrik ke jantung terhantarkan dengan baik. Biasanya, jeli ini digunakan dengan cara dioles pada paddle (keduanya).
·     Kardioversi
Berbeda dari defibrilasi, kardioversi adalah metode pengobatan yang memang sama-sama memakai aliran listrik dengan waktu yang termasuk singkat, hanya saja dilakukan secara sinkron. Apabila sebelumnya defibrilasi dilakukan secara asinkron, kardioversi justru sebaliknya.
Dan pada umumnya, kardioversi ini dilakukan ketika ditemukan indikasi-indikasi seperti atrial fibrilasi, atrial flutter, supra ventrikel takikardi, dan ventrikel takikardi. Sedangkan untuk alat-alat yang digunakan dalam prosedurnya, defibrilator dengan modus sinkron, troli emergensi, jeli, alat bantu nafas, elektrode EKG dan juga obat jenis sedatif dan analgesik adalah yang paling diperlukan.
Pada kardioversi, energi awal untuk Atrial Flutter dan SVT adalah 50 J dan jika tak sukses maka energi mampu dinaikkan menjadi 360, 300, 200, atau paling tidak 100 J. Pada atrial fibrilasi dan VT monomorphic, energi yang digunakan di awal berada pada 100 J namun bisa juga bila ingin meningkatkannya menjadi 360 J.
Besarnya modus dan energi pada VT polymorphic pada dasarnya justru sama seperti yang dipakai ketika melakukan proses defibrilasi. Bahkan untuk prosedur penggunaan dan tindakan dari kardioversi juga tak jauh beda dari tindakan defibrilasi.
Meski sama dengan tindakan defibrilasi, ketika menekan tombol discharge penekanan kedua tombolnya harus cukup lama. Ini dikarenakan penggunaan modulnya merupakan jenis sinkron sehingga pemberian energi adalah beberapa milidetik pasca penangkapan gelombang QRS oleh defibrilator. Itu artinya, energi tak akan keluar apabila defibrilator tak mampu melakukan penamgkapan gelombang QRS tadi.
Tindakan medis seperti kardioversi ini dibutuhkan oleh pasien yang mengalami takikardi meski kondisinya kemungkinan tidaklah stabil. Hanya saja, jika pasien masih dalam kondisi sadar, tindakan kardioversi perlu untuk menjadi pertolongan bagi pasien tersebut. Dengan demikian, pasien juga artinya perlu diberi obat sedasi entah itu memakai analgesik atau tidak.

DOWNLOAD FILENYA DISINI GAN

0 Response to "DEFIBRILATOR"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel