DEFIBRILATOR
Friday, May 4, 2018
Add Comment
Defibrillator adalah
alat yang di gunakan untuk defibrillasi. Defibrillasi sendiri adalah pengobatan
untuk pasien yang memiliki jantung yang lemah, biasanya jantung tersebut
melemah akibat suatu penyakit, ataupun usia. Defibrillator akan berkerja dengan
cara menghantarkan arus listrik dengan kadar dosis tertentu untuk mengembalikan
irama detak jantung ke irama yang normal.
Defibrillator bekerja dengan cara mengirim aliran listrik
atau sengatan listrik ke tubuh dengan dosis tertentu yang bertujuan untuk
myebabkan depolarisasi otot jantung sehingga menyebabkan melemasnya otot dan
memproduksi kelistrikan jantung agar jantung kembali berdetak
Defibrillator memiliki 3 tipe
gelombang yaitu :
·
Biphasic
Gelombang
Bhipasic adalah tipe gelombang defibrillator yang menggunakan dua arus
kelistrikan ,yaitu pada saat kejutan pertama gelombang akan bergerak dari satu
denyutan ke denyutan lain , kemudian pada tahapan kedua , arus listrik tersebut
akan barbalik arah , glombang bhipasic ini adalah gelombang yang paling efisien
dan efektif untuk menyelamatkan nyawa seseorang.
·
Monophasic
Gelombang
Monophasic adalah tipe gelombang defibrillator yang menggunakan satu arus
kelistrikan yaitu hanya mengirimkan satu arus kejutan dengan dosis tertentu,
biasanya sebesar 360 Joule, monophasic ini sudah jarang di gunakan di karenakan
memiliki resiko kerusakan pada jantung yang besar.
·
AED Defibrillator
AED atau Autometic External
Defibrillator adalah defibrillator yang berukuran kecil biasanya
defibrillator ini berukuran 30 cm sampai 50 cm untuk tinggi dan lebar 20 – 30 cm
serta 10cm untuk ketebalanya, defibrillator ini biasa di temukan di tempat
keramaian, tempat penjaga pantai atau bahkan tim penyelamat.
Untuk AED sendiri dapat digunakan untuk lebih dari 5 tahun pemakaian,
AED lebih mudah di gunakan karena memiliki perintah berupa suara atau bahkan
untuk tipe tertentu AED tersebut memiliki perintah visual berupa gambar pada
monitor, karena tidak membutuhkan sumber listrik, AED kerap di gunakan
untuk penyelamatan baik bencana alam ataupun dalam keadaan perang, tetapi AED
ini memiliki kekurangan, yaitu disposable electroda pad , yaitu electrode pad
yang hanya bisa di lakukan untuk satu kali penyelamatan.
AED ini di gunakan untuk menyelamatkan nyawa seseorang yang
terkena serangan jantung ataupun kondisi kritis lainnya, aed berfungsi dengan
cara memberi kan kejutan listrik dengan dosis tertentu yang di tunjukan kepada
jantung si pasien tersebut ,ketika elektroda di pasang pada bagian dada kanan
secara vertical dan bagian dada kiri secara horizontal, elektroda pad akan
memeriksa seberapa dosis listrik yang di butuhkan oleh pasien, ketika sudah
terdeteksi AED akan memberikan perintah untuk menekan tombol shock dan
menyarankan agar pasien tidak disentuh oleh siapapun, ketika AED memberikan
kejutan listrik maka jantung akan segera menerima kejutan tersebut dan jantung
akan kembali mendapatkan kesempatan untuk berdegub.
Prinsip dan Cara Kerja Defibrilator
Defibrilator memiliki prinsip kerja di mana arus listrik
masuk pada rangkaian catu daya dan kemudian dengan dioda arus tersebut
disearahkan. Dengan menekan tombol charge, otomatis kapasitor bakal
terisi dan sesudah diketahui bahwa kapasitor telah penuh, tekan tombol shock supaya
muatan listrik yang ada di kapasitor bisa dilepaskan ke pasien lewat
media paddle apex dan paddle sternum.
Untuk
cara kerjanya, di bawah ini adalah langkah-langkahnya:
1. Bagian dada pasien perlu ditampakkan
dan oleh karena itu pakaian perlu dibuka, lalu dada pasien yang kemungkinan
lembab dapat dilap lebih dulu.
2. Gel kemudian bisa dioleskan ke
terapi electrode paddle apex dan sternum; untuk cara pemasangannya, bisa
dilihat pada panduan bergambar agar tidak terjadi kesalahan.
3. Putar knob rotary karena
mode perlu diubah menjadi manual defib.
4. Barulah setelah itu pilih energi dan
tentukan tingkat energi yang diinginkan dengan menyesuaikan tombol.
5. Ada tombol charge di sana, tepatnya
pada panel depan, dan tombol ini dapat ditekan. Tombol charge pada paddle bisa
ditekan apabila memang memakai paddle eksternal dan tombol tersebut bisa
digunakan sebagai pengganti. Nantinya kemudian ada progres bar yang tampil pada
wilayah informasi defibrasi.
6. Tombol shock bisa ditekan ketika
charge sudah diketahui penuhagar terapi kejut bisa diberikan kepada pasien lewat
media paddle apex dan media paddle sternum.
Fungsi dan Peralatan Defibrilator
Fungsi utama dari defibrilator adalah sebagai pemberi energi
dengan bentuk kejut listrik. Tujuan dari defibrilator ini adalah untuk membuat
aktivitas jantung yang tadinya sempat terganggu menjadi kembali aktif. Pada
waktu jantung pasien mengalami yang namanya fibrilasi, defirbrilator bisa
menjadi alat bantu bagi resistansi jantung.
Untuk
peralatan yang digunakan dalam prosedur pemakaian defibrilator ini, ada
beberapa yang biasa dipakai, yakni:
·
DC
shock dan electrode alias pedal.
·
Oksigen
·
Defibrilator
yang memiliki modus sinkron.
·
Elektrolit
jelly.
·
Elektrode
EKG.
·
Jenis obat analgesik atau obat darurat
(emergency)
·
Papan
resusitasi.
Pemeliharaan Defibrilator
Tentu saja alat medis sekalipun perlu dipelihara dengan baik
supaya tetap bekerja dengan baik. Pemeliharaan yang baik adalah sebuah cara
agar membuat fungsi alat tetap terjaga. Untuk langkah-langkah pemeliharaan,
berikut di bawah ini adalah sejumlah cara yang kiranya bisa diperhatikan:
- Bersihkan
alat dari kotoran maupun debu, tapi sebaiknya tidaklah membersihkan
menggunakan air.
- Penyimpanan
perlu dilakukan di tempat yang kering.
- Ketika
sudah selesai dalam menggunakan, baterai harus selalu diisi kembali karena
kalau tidak demikian maka akan mempercepat kerusakan dari alat
defibrilator tersebut.
- Rutin
mengecek baterai, paling tidak setahun sekali karena ada kemungkinan
ketika dicek baterai sudah tak layak pakai.
- Pastikan
untuk melakukan pembersihan relay di mana waktu yang paling tepat adalah
tiap 6 bulan sekali.
- Setelah
penggunaan, paddle pun diharapkan dalam kondisi yang bersih dari bekas gel
yang juga sehabis dipakai.
Perbedaan Defibrilasi dan Kardioversi
Bila defibrilasi adalah metode atau tindakan medis untuk
mengobati pasien yang bermasalah dengan jantung menggunakan aliran listrik,
bukankah kardioversi adalah hal yang sama? Mungkin ada beberapa orang yang
memerlukan informasi perbedaan keduanya.
·
Defibrilasi
Untuk
lebih tepatnya, defibrilasi merupakan metode pengobatan melalui aliran listrik
secara singkat dan dilakukan secara asinkron. Indikasi semacam VT polymorphyc
yang diketahui tak stabil, VT tanda nadi, dan VF adalah indikasi dari kebutuhan
pasien akan bantuan defibrilasi.
Ada beberapa alasan mengapa
defibrilasi dibutuhkan seawal mungkin bagi pasien, yaitu:
1. Ketika defibrilasi seharusnya
didapatkan di awal tapi terlambat, maka kemungkinan keberhasilan pun menjadi
berkurang.
2. Defibrilasi menjadi salah satu
pengobatan paling efektif, terutama dalam menangani masalah ventrikel
fibrilasi.
3. Hanya dalam hitungan menit, ada
kecenderungan ventrikel fibrilasi bisa berubah menjadi asistol.
4. VF atau ventrikel fibrilasi adalah
irama yang umumnya didapat di permulaan henti jantung.
Selain
dari defibrilator, jeli diketahui adalah alat yang banyak digunakan untuk
masalah ini. Penggunaan jeli ini pada umumnya adalah untuk membuat tahanan dada
berkurang dan membantu agar aliran listrik ke jantung terhantarkan dengan baik.
Biasanya, jeli ini digunakan dengan cara dioles pada paddle (keduanya).
·
Kardioversi
Berbeda
dari defibrilasi, kardioversi adalah metode pengobatan yang memang sama-sama
memakai aliran listrik dengan waktu yang termasuk singkat, hanya saja dilakukan
secara sinkron. Apabila sebelumnya defibrilasi dilakukan secara asinkron,
kardioversi justru sebaliknya.
Dan
pada umumnya, kardioversi ini dilakukan ketika ditemukan indikasi-indikasi
seperti atrial fibrilasi, atrial flutter, supra ventrikel takikardi, dan
ventrikel takikardi. Sedangkan untuk alat-alat yang digunakan dalam
prosedurnya, defibrilator dengan modus sinkron, troli emergensi, jeli, alat
bantu nafas, elektrode EKG dan juga obat jenis sedatif dan analgesik adalah
yang paling diperlukan.
Pada kardioversi, energi awal untuk
Atrial Flutter dan SVT adalah 50 J dan jika tak sukses maka energi mampu
dinaikkan menjadi 360, 300, 200, atau paling tidak 100 J. Pada atrial fibrilasi
dan VT monomorphic, energi yang digunakan di awal berada pada 100 J namun bisa
juga bila ingin meningkatkannya menjadi 360 J.
Besarnya modus dan energi pada VT
polymorphic pada dasarnya justru sama seperti yang dipakai ketika melakukan
proses defibrilasi. Bahkan untuk prosedur penggunaan dan tindakan dari
kardioversi juga tak jauh beda dari tindakan defibrilasi.
Meski sama dengan tindakan
defibrilasi, ketika menekan tombol discharge penekanan kedua tombolnya harus
cukup lama. Ini dikarenakan penggunaan modulnya merupakan jenis sinkron
sehingga pemberian energi adalah beberapa milidetik pasca penangkapan gelombang
QRS oleh defibrilator. Itu artinya, energi tak akan keluar apabila defibrilator
tak mampu melakukan penamgkapan gelombang QRS tadi.
Tindakan medis seperti kardioversi
ini dibutuhkan oleh pasien yang mengalami takikardi meski kondisinya
kemungkinan tidaklah stabil. Hanya saja, jika pasien masih dalam kondisi sadar,
tindakan kardioversi perlu untuk menjadi pertolongan bagi pasien tersebut.
Dengan demikian, pasien juga artinya perlu diberi obat sedasi entah itu memakai
analgesik atau tidak.
DOWNLOAD FILENYA DISINI GAN
0 Response to "DEFIBRILATOR"
Post a Comment